Minggu, 05 Maret 2017

Makalah Entomologi


MAKALAH
sistem pencernaan, sistem pernapasan, sistem ekskresi dan identifikasi pada serangga
LOGO UNIMA.png
OLEH KELOMPOK 5:
                                      1.MARGARETHA DATU BUA (15 507 160)
                                      2.GODFRIED  S.RUMAGIT (15 507 090)
                                       3. FEYBI TORAR



UNIVERSITAS NEGERI MANADO
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
2016

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami naikkan ke hadirat Tuhan yang Mahakuasa karena atas berkat dan penyertaan-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini sebagaimana adanya. Sebagaimana judul dari makalah ini yakni system pencernaan, pernapasan, ekskresi dan identifikasi serangga makalah ini berisikan  penjelasan mengenai fisiologi serangga yang meliputi system pencernaan, system pernapasan, dan system ekskresi dan penjelasannya. yang merupakan pokok bahasan lanjutan dari materi mata kuliah entomologi.
Makalah ini kami susun secara praktis dan sederhana agar lebih mudah untuk dipahami para pembaca dengan harapan dengan adanya makalah ini, nantinya kita dapat lebih memahami tentang fisiologi serangga yang meliputi system pencernaan, ekskresi dan dan pernapasan serta identifikasi serangga
Kami juga menyadari bahwa di dalam penulisan makalah ini, mungkin terdapat kesalahan bahkan tidak ada kesempurnaan oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat kami butuhkan demi kesempurnaan makalah ini.
                                                      
                                                                                                      Tondano, September  2016

                                                                                                                  Kelompok 5







DAFTAR ISI
Kata Pengantar...................................................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................... 1
A.    Latar Belakang........................................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah...................................................................................................... 2
C.     Tujuan........................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................... 3
A.    System Pencernaan Pada Serangga........................................................................... 3
B.     System Pernapasan Pada Serangga............................................................................ 8
C.     System Ekskresi Pada Serangga................................................................................ 10
D.    Identifikasi Serangga................................................................................................. 12
BAB III PENUTUP.............................................................................................................. 14
A.    Kesimpulan ............................................................................................................... 14
B.     Kritik dan saran......................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 16






BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Serangga merupakan golongan hewan yang dominan di muka bumi. Dalam jumlah, mereka melebihi semua hewan melata daratan lainnya dan praktis mereka terdapat dimana-mana.
Banyak sekali serangga yang bermanfaat bagi manusia , tanpa mereka manusia tidak akan berada dalam bentuk sekarang ini. Bermanfaat mulai dari proses penyerbukan, sebagai makanan, hingga sebagai bahan dalam bidang penelitian dan kedokteran. Dan yang sangat pentingnya adalah serangga sebagai pemakan bahan organik yang membusuk, sehingga membantu merubah tumbuhan dan hewan yang mati menjadi zat-zat yang lebih sederhana dan dikembalikan ke tanah.
Sebaliknya, banyak serangga adalah berbahaya atau sebagai perusak. Mereka menyerang berbagai tumbuh-tumbuhan yang sedang tumbuh, termasuk tanaman yang bernilai bagi manusia dan makan tumbuh-tumbuhan tersebut. Serangga menyerang harta benda manusia, termasuk rumah-rumah, pakaian, persediaan makanan, menghancurkan, merusak dan mencemarinya. Mereka menyerang manusia dan hewan, banyak serangga adalah agen-agen dalam penularan berbagai penyakit.
Berdasarkan dua kepentingan yang saling bertolak belakang tersebut di atas maka sudah menjadi kewajiban kita untuk memikirkan bagaimana mengendalikan mahluk yang bernama serangga ini agar fungsinya tetap dapat dirasakan sedangkan kerugian karena kehadiran mereka dapat dihindarkan. Oleh karena itu ilmu mengenai serangga khususnya fisiologi serangga dapat digunakan sebagai dasar pengetahuan bagaimana serangga dapat dikendalikan. Khusus untuk itu dalam tulisan ini disajikan bagian dari fisiologi serangga yaitu sistem pencernaan, pernapasan, ekskresi serta identifikasi serangga.





B.     RUMUSAN MASALAH
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu:
1.      Bagaimana system pencernaan pada serangga?
2.      Bagaimana system pernapasan pada serangga?
3.      Bagaimana system ekskresi pada serangga?
4.      Bagaimana teknik mengidentifikasi serangga?

C.    TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Menjelaskan tentang system pencernaan pada serangga.
2.      Menjelaskan tentang system pernapasan pada serangga.
3.      Menjelaskan tentang system ekskresi pada serangga.
4.      Menjelaskan mangenai teknik identifikasi serangga.
5.      Untuk memenuhi salah satu penugasan MK ENTOMOLOGI.
















BAB II
PEMBAHASAN
A.    SISTEM PENCERNAAN PADA SERANGGA
Serangga makan hampir segala zat organik yang terdapat di dalam, dan sistem-sistem pencernaan mereka menunjukkan variasi yang besar. Saluran pencernaan adalah suatu buluh, biasanya berkelok, yang memanjang dari mulut sampai anus. Sistem percernaan ini sangat beragam tergantung macam-macam makanan yang dimakan. Kebiasaan-kebiasaan makan bahkan mungkin sangat beragam pada satu jenis tunggal. Larva dan serangga dewasa biasanya mempunyai kebiasaan makan yang sama sekali berbeda dan hal ini tentu akan menyebabkan perbedaan dalam sistem-sistem pencernaan.

Terdapat dua jenis pencernaan pada serangga yaitu:
1.      Pencernaan Di Luar Saluran Usus (Ekstrainstestinal Digestion)
Jenis pencernaan dimana makanan sebelum masuk ke dalam perut terlebih dahulu telah mendapat perlakuan pencernaan sebelumnya. Karena air liur mengandung enzim, seringkali pencernaan dimulai sebelum makanan ditelan. Hal ini terjadi pada serangga-serangga pengisap cairan. Enzim disemprotkan pada makanan sehingga larut sebelum ditelan.
2.      Pencernaan Di Bagian Dalam Usus (Intrainstestinal Digestion)
Jenis pencernaan ini kebanyakan dilakukan oleh mahluk hidup dimana pencernaan terjadi didalam perut setelah makanan dimakan. Saluran pencernaan berperan terutama untuk pencernaan dan penyerapan makanan. Pada umumnya pencernaan terjadi sebagian besar di dalam usus bagian tengah, dimana enzim-enzim pencernan bayak diproduksi. Enzim-enzim ini berfungsi memecahkan subtansi yang komplek di dalam makanan menjadi subtansi yang lebih sederhana sehingga dapat diserap dan kemudian diasimilasi oleh serangga. Kebanyakan karbohidrat diperoleh menjadi monosakarida.




Saluran pencernaan pada serangga dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu:
v  saluran pencernaan depan (Stomodeum)
v  saluran pencernaan tengah (Mesenteron)
v  saluran pencernaan belakang (Proktodeum)
Saluran-saluran pencernaan tersebut berasal dari turunan yang berbeda, saluran pencernaan depan dan belakang berasal dari jaringan ektodermal dan saluran pencernaan tengah berasal dari jaringan endodermal. Bentuk saluran pencernaan ini dipengaruhi oleh cara makan dan makanan serangga, sehingga hal ini akan menyebabkan adanya perbedaan-perbedaan (penyesuaian-penyesuaian) diantara bentuk pencernaan serangga.
Bentuk saluran pencernaan ini dipengaruhi oleh cara makan dan makanan serangga, sehingga hal ini akan menyebabkan adanya perbedaan-perbedaan (penyesuaian-penyesuaian) diantara bentuk pencernaan serangga. Pada banyak serangga bagianbagian utama ini terbagi menjadi bagian lain dengan berbagai fungsi yaitu faring, esofagus, krop dan proventrikulus pada saluran pencernaan bagian depan, ventrikulus pada bagian pencernaan tengah, dan pirolus, illeum serta rektum pada pencernaan bagian belakang. Beberapa sistem yang mendukung fungsi sistem pencernaan adalah sistem syaraf pusat, sistem syaraf stomatogastik, sistem endokrin dan sistem pernapasan.

1.      Saluran Pencernaan Depan (Stomodeum)
Saluran pencernaan depan berasal dari jaringan ektodermal maka saluran pencernaan bagian depan dilapisi kutikula yang disebut intima, yang dilepaskan setiap pergantian kulit. Saluran pencernaan depan lebih berfungsi sebagai penyimpan makanan dan sedikit melakukan pencernaan. Pencernaan pada tempat ini disebabkan masih adanya enzim-enzim yang terbawa dari mulut. Saluran pencernaan depan tersusun dari :
 a. Otot-otot yang memanjang (longitudinal)
 b. Otot-otot melingkar (circular)
 c. Sel-sel ephitelium yang pipih
 d. Sel-sel yang bersifat impermiable
Akibat pergerakan otot-otot melingkar dan longitudinal menyebabkan makanan dapat bergerak ke saluran tengah.
Saluran pencernaan depan terdiri dari beberapa bagian dan fungsi sebagai berikut :
v  Rongga mulut sebagai tempat masuknya makanan
v  Faring (kerongkongan) merupakan bagian pertama sesudah rongga mulut yang berfungsi sebagai penerus makanan ke oesophagus. Otot-otot yang menempel pada faring berkembang dengan baik, hal ini sesuai dengan perannya yang mendorong makanan dari mulut ke oesophagus . Pada serangga dengan tipe menusuk dan mengisap pada faring terdapat pompa faringeal yang dipakai untuk mengambil cairan.
v  Oesophagus adalah bagian usus depan yang tidak berdiferensiasi yang berfungsi mendorong makanan dari faring ke tembolok.
v  Tembolok merupakan pembesaran usus bagian depan yang berfungsi sebagai penyimpan makanan. Seringkali bila tembolok kosong akan melipat secara longitudinal dan tranversal tetapi pada Periplanata (Dictyoptera) tembolok hanya mengalami perubahan kecil pada volumenya karena apabila tembolok tidak berisi makanan, tembolok tersebut diisi oleh udara.
Pada umumnya sekresi dan penyerapan tidak terjadi di dalam tembolok, tetapi kadang kala terjadi secara enzimatik. Enzim didapat dari makanaan yang tercampur air liur yang bergerak ke belakang menuju tembolok serta enzim dari mesenteron yang dimuntahkan dari usus tengah. Walaupun proventrikulus bertindak sebagai klep yang membatasi gerakan-gerakan makanan ke belakang tetapi tidak menghalangi muntahan cairan. – Proventrikulus, bagian ini mengalami modifikasi yang beraneka ragam pada berbagai serangga.
serangga pemakan bahan padat, proventrikulus berfungsi sebagai pemecah makanan, sedangkan pada serangga pemakan cairan proventrikulus termodifikasi menjadi katup. Pada lipas dan jangkrik, intima di daalm proventrikulus berkembang menjadi enam keping otot yang keras atau geligi yang berfungsi untuk memecah makanan. Proventrikulus secara keseluruhan mengontrol jalannya makanan dari stomadeum ke mesenteron.

2.       Saluran Pencernaan Tengah (Mesenteron)
Saluran pencernaan bagian tengah berfungsi sebagai pencerna dan penyerap makanan. Saluran ini berasal dari mesodermal sehingga saluran ini tidak memiliki kutikula dan sebagai gantinya adalah lapisan peritropik yang halus. Pada daerah mesenteron terdapat gastric caeca yang bentuknya seperti jari dan terletak di anterior dari ventrikulus dan menghasilkan enzim-enzim pencernaan.
Otot-otot pada saluran ini berkembang. Menurut Chapman (1982) saluran pencernaan ini disususn oleh :
§  Otot longitudinal
§  Otot melingkar
§   Sel-sel epithelium yang berbentuk kolumnar
§   Sel-sel regeneratif (penghasil enzim)
Membran peritropik pergerakan makanan ke saluran belakang pada saluran ini lebih disebabkan oleh membran peritropik. Membran peritropik adalah suatu lapisan yang meliputi lumen untuk melindungi sel-sel kolumnar yang berada di bawahnya dari makanan dan mikroba. Membran peritropik terdiri atas khitin dan protein. Ada dua pendapat mengenai terjadinya membran tersebut, pendapat pertama mengatakan bahwa lapisan dihasilkan oleh bagian depan saluran pencernaan tengah, sedangkan pendapat kedua mengatakan bahwa lapisan dihasilkan oleh sel-sel kolumnar sendiri.
Lumen memiliki mikropili yang merupakan tonjolan-tonjolan pada sel yang dapat membentuk started border. Mikropili ini juga berfungsi memperbesar luas permukaan penyerapan. Pada sel-sel ini terdapat banyak mitokondria sebagai penghasil energi (ATP) untuk pergerakan makanan.
Pada sel ini juga terdapat banyak retikulum endoplasma sebagai tempat sintesis protein untuk menghasilkan enzim-enzim pencernaan. Pada sel epitelium yang kolumnar ditemukan sel Goblet. Pada selaput dasar memiliki banyak lekukan-lekukan dan disana banyak terdapat mitokondria yang panjang-panjang sehingga hal tersebut menjadi pembeda dengan sel-sel lain. Saluran pencernaan tengah terdiri dari grastrik kaekum dan ventrikulus, tempat terjadinya pencernaan secara enzimatis dan absorbsi nutrisi.

3.      Saluran Pencernaan Belakang (Proktodeum)
Saluran pencernaan belakang berfungsi sebagai tempat pengeluaran sisa-sisa makanan yang tidak terserap dan memaksimalisasi penyerapan sisa makanan yang tidak terserap pada saat di mesenteron. Proktodeum terdiri dari dua bagian yaitu usus depan (intestine anterior) dan pada bagian posterior terdapat rektum dan lubang anus. Saluran pencernaan belakang ini berasal dari jaringan ektodermal sehingga saluran ini memiliki kutikula yang disebut intima. Pada saluran inilah sifat hemoestasis serangga terdapat. Saluran pencernaan belakang menurut Snogras (1935) tersusun dari : Otot melingkar, Otot longitudinal ,Sel-sel epitel tipis yang berbentuk kubus, Intima yang bersifat permiabel. Otot-otot pada saluran ini lebih berkembang sehingga dapat menyebabkan sisa makanan dapat bergerak ke belakang dan keluar melalui anus.
Saluran pencernaan belakang ini terdiri dari :
v  Pilorus, bagian depan dari saluran ini tempat berpangkalnya tabung malphigi
v  Illeum, berfungsi sebagai tempat penyerapan air dari hemolimf atau juga penyerapan amonia pada serangga “blowfly”. Pada rayap di illeum ini terdapat kantung-kantung tempat organisme lain bersimbiosis (Chapman, 1982).
v  Rektum, berfungsi sebagai tempat reabsorbsi air, asam amino dan pada serangga tertentu memiliki insang trakea. Pada rektum ini terjadi diferensiasi sel-sel, ada yang memanjang dan ada yang membentuk bantalan.
v  Anus, bagian ujung saluran sebagai tempat keluarnya faeses.
Terdapat beberapa jenis kelenjer yang dapat beradsosiasi dengan sistem pencernaan diantaranya adalah kelenjer mandible, kelenjar maksila, kelenjar faring dan kelenjar labium.

pencernaan.jpg  pencer.jpg

System pencernaan pada serangga


B.     SISTEM PERNAPASAN PADA SERANGGA
Serangga memiliki organ pernapasan yang khas. Pertukaran oksigen dan karbon dioksida dilakukan melalui trakea. Trakea merupakan bagian tubuh serangga yang terbuat dari pipa/tabung udara. Jumlah trakea di dalam tubuh serangga sangat banyak. Oleh karena itu, sistem pernapasan serangga dinamakan sistem trakea.
Corong hawa (trakea) adalah alat pernapasan yang dimiliki oleh serangga dan arthropoda lainnya. Pembuluh trakea bermuara pada lubang kecil yang ada di kerangka luar (eksoskeleton) yang disebut spirakel. Spirakel berbentuk pembuluh silindris yang berlapis zat kitin, dan terletak berpasangan pada setiap segmen tubuh.
Spirakel mempunyai katup yang dikontrol oleh otot sehingga membuka dan menutupnya spirakel terjadi secara teratur. Pada umumnya spirakel terbuka selama serangga terbang, dan tertutup saat serangga beristirahat.
Sistem-trakea-belalang.jpg    trakeaserangga.jpg

Gambar system trakea pada serangga


                trakea2.jpg
Gambar trakea dalam tubuh serangga

Oksigen dari luar masuk lewat spirakel. Kemudian udara dari spirakel menuju pembuluh pembuluh trakea dan selanjutnya pembuluh trakea bercabang lagi menjadi cabang halus yang disebut trakeolus sehingga dapat mencapai seluruh jaringan dan alat tubuh bagian dalam. Trakeolus tidak berlapis kitin, berisi cairan, dan dibentuk oleh sel yang disebut trakeoblas. Pertukaran gas terjadi antara trakeolus dengan sel-sel tubuh. Trakeolus ini mempunyai fungsi yang sama dengan kapiler pada sistem pengangkutan (transportasi) pada vertebrata.
Mekanisme pernapasan pada serangga, misalnya belalang, adalah sebagai berikut :
v  Udara masuk ke dalam tubuh melalui lubang spirakel yang memiliki katup pada eksoskeleton.
v  Udara mengalir masuk ke dalam tubuh dan diatur oleh otot kecil yang mengatur kerja katup spirakel. Ketika otot valve atau katup berkontraksi spirakel tertutup dan saat otot berelaksasi, spirakel terbuka.
v  Setelah udara masuk ke dalam tubuh, udara lalu diteruskan masuk ke dalam saluran trakea yang kemudian bercabang lagi dan membentuk saluran yang lebih halus yang disebut trakeolus. Seperti pada manusia yang memiliki alveolus sebagai tempat pertukaran oksigen dan karbon dioksida, trakeolus juga memiliki fungsi yang sama. Akan tetapi oksigen pada serangga dialirkan langsung pada sel tanpa bantuan sistem transportasi atau dengan bantuan sel darah merah.
v   Oksigen dalam tabung trakea akan dilarutkan dalam cairan kemudian akan berdifusi masuk ke dalam sitoplasma sel.
v  Pada saat yang sama setelah oksigen berdifusi ke dalam sel, karbon dioksida sebagai sisa respirasi akan berdifusi dari dalam sel masuk ke saluran trakea dan kemudian akan dilepaskan ke luar tubuh.
Sistem trakea berfungsi mengangkut O2 dan mengedarkannya ke seluruh tubuh, dan sebaliknya mengangkut CO2 hasil respirasi untuk dikeluarkan dari tubuh. Dengan demikian, darah pada serangga hanya berfungsi mengangkut sari makanan dan bukan untuk mengangkut gas pernapasan.
Di bagian ujung trakeolus terdapat cairan sehingga udara mudah berdifusi ke jaringan. Pada serangga air seperti jentik nyamuk udara diperoleh dengan menjulurkan tabung pernapasan ke permukaan air untuk mengambil udara.
Serangga air tertentu mempunyai gelembung udara sehingga dapat menyelam di air dalam waktu lama. Misalnya, kepik Notonecta sp. mempunyai gelembung udara di organ yang menyerupai rambut pada permukaan ventral. Selama menyelam, O2 dalam gelembung dipindahkan melalui sistem trakea ke sel-sel pernapasan. Selain itu, ada pula serangga yang mempunyai insang trakea yang berfungsi menyerap udara dari air, atau pengambilan udara melalui cabang-cabang halus serupa insang. Selanjutnya dari cabang halus ini oksigen diedarkan melalui pembuluh trakea.

C.    SISTEM EKSKRESI PADA SERANGGA
Alat ekskresi pada serangga misalnya pada belalang adalah pembuluh Malpighi, yaitu alat pengeluaran yang berfungsi seperti ginjal pada vertebrata. Pembuluh Malphigi berupa kumpulan benang halus yang berwarna putih kekuningan dan pangkalnya melekat pada pangkal dinding usus. Di samping pembuluh Malphigi, serangga juga memiliki sistem trakea untuk mengeluarkan zat sisa hasil oksidasi yang berupa CO2. Sistem trakea ini berfungsi seperti paru-paru pada vertebrata.  
Belalang tidak dapat mengekskresikan amonia dan harus memelihara konsentrasi air di dalam tubuhnya. Amonia yang diproduksinya diubah menjadi bahan yang kurang toksik yang disebut asam urat. Asam urat berbentuk kristal yang tidak larut.
Pembuluh Malpighi terletak di antara usus tengah dan usus belakang. Darah mengalir lewat pembuluh Malpighi. Saat cairan bergerak lewat bagian proksimal pembuluh Malpighi, bahan yang mengandung nitrogen diendapkan sebagai asam urat, sedangkan air dan berbagai garam diserap kembali biasanya secara osmosis dan transpor aktif. Asam urat dan sisa air masuk ke usus halus, dan sisa air akan diserap lagi. Kristal asam urat dapat diekskresikan lewat anus bersama dengan feses.

Ø  Cara Kerja Sistem Ekskretori Pada Serangga
v  Malpighian tubules menghasilkan filtrat yang bersifat isosmotik dari haemolymph yang mempunyai kandungan ion K+ yang tinggi, Na+ yang rendah dan Cl- sebagai anion utama.
v  Transport ion secara aktif, terutama K+, ke dalam lumen dari Malpighian tubules menghasilkan gradien osmotik dan menyebabkan air berdifusi secara pasif ke dalam lumen. Gula dan kebanyakan asam amino secara pasif tersaring dari haemolymph. Gula (sukrose dan treholose) diserap kembali dari lumen ke dalam haemolymph. Semua proses ini menghasilkan urine yang kemudian dicurahkan ke dalam usus.
v  Di dalam rectum, urine dimodifikasi dengan membuang zat-zat terlarut dan air untuk  menjaga keseimbangan cairan dan ion-ion (homeostasis) di dalam tubuh serangga. Sel-sel khusus di dalam rectal pad melakukan penyerapan kembali ion Cl- secara aktif atas pengaruh hormone. Proses ini menyebabkan gradien elektrik dan osmotik yang menyebabkan penyerapan kembali ion-ion yang lain, air, asam-asam amino dan asetat.
Ø  Ekskresi Nitrogen
Pada serangga pemakan darah, kelebihan N diekskresikan dalam bentuk ammonia pada yang hidup di air dan sebagai asam urat, urea, pteridine, hypoxanthine, allantoine, dan asam allantoinat pada serangga terrestrial. Ammonia adalah senyawa toxic, oleh karena itu, ia harus diekskresikan melalui urine, faeces atau diuapkan melalui kutikula
misalnya pada kecoa.


D.    IDENTIFIKASI SERANGGA
Identifikasi merupakan proses (cara) pemberian nama pada individu atau sekelompok individu setelah dilakukan pengklasifikasian. Penamaan spesies mengacu pada pada sistem pemberian nama ilmiah  (scientific name) berupa Binomial name, yaitu penggabungan dua kata yang mencirikan sifat dari individu yang diberi nama. Identifikasi dilakukan untuk menggolongkan suatu organisme pada status tertentu baik itu takson ataupun status berdasarkan kerugian secara ekonomi (Putra, 2011; Hidayat, 2002).
Apabila seorang pengamat menemukan sebuah spesies serangga hama, hal pertama yang dilakukan adalah melakukan identifikasi. Namun, ada beberapa kendala dalam melakukan identifikasi. Menurut Borror et al. (1992) ada empat kendala dalam melakukan identifikasi yaitu :
1.      Terlalu banyaknya macam dan jenis serangga
2.       Kebanyakan serangga berukuran kecil dan pembedanya sulit dilihat
3.       Banyak macam serangga yang masih belum dikenal 
4.       Setiap serangga memiliki siklus hidup yang berbeda-beda.

Kendala dalam melakukan identifikasi dapat diatasi menggunakan lima teknik identifikasi serangga, yaitu:
1.      Menanyakan kepada ahlinya
2.       Membandingkan dengan koleksi yang ada pada museum
3.       Melakukan identifikasi menggunakan gambar-gambar
4.       Membandingkan serangga dengan deskripsi-deskripsi
5.       Menggunakan kunci determinasi (Borror et al., 1992).
Karakter morfologi dapat digunakan sebagai dasar dalam melakukan identifikasi dan ini merupakan cara yang paling sederhana serta mudah dilakukan. Salah satu cara identifikasi dengan menggunakan karakter morfologi adalah melihat kunci identifikasi. Menurut Suputa (2006) karakter morfologi pada lalat buah yang digunakan untuk melakukan identifikasi meliputi bagian caput, torax, karakter scutellum, karakter sayap dan karakter abdomen.
Dalam melakukan identifikasi hama tanaman menurut Putra (2011) ada dua hal dasar yang digunakan. Pertama menggunakan karakter tubuh seperti morfologi, anatomi, perilaku dan fisiologi. Selain karakter tubuh, identifikasi juga dapat dilakukan dengan memanfaatkan untai basa DNA yang terdapat pada sel-sel serangga sebagai pencirinya (Putra, 2011).
Teknik identifikasi seperti diatas dengan memanfaatkan karakter morfologi memiliki beberapa kendala yaitu ketika serangga yang akan diidentifikasi memiliki ukuran sangat kecil, pembeda antar spesies secara morfologi sulit dilihat sehingga identifikasi yang dilakukan dengan memanfaatkan DNA (Hidayat et al., 2004). Perkembangan ilmu dan pengetahuan dalam biologi molekuler, khususnya pada pengkajian karakter bahan genetik telah menghasilkan kemajuan yang sangat pesat bagi perkembangan penelaahan suatu organisme dan pemanfaatannya bagi kesejahteraan manusia.
Di bidang taksonomi, sebagai contoh Avise & Lansman (1983) dan Brown (1983) mengungkapkan peran DNA mitokondria (mtDNA) dalam studi keanekaragaman genetika dan biologi populasi pada hewan. DNA mitokondria banyak digunakan untuk mengungkap variasi genetik (Loftus et al., 1994; Suryanto, 2003), karena ukurannya yang relatif kecil, terlibat dalam sintesis energi dan mempunyai kecepatan mutasi 5-10 kali lebih tinggi
daripada DNA inti (Lindberg, 1989). Mitokondria merupakan pusat sintesis energi dan ketersediaan energi yang ada akan berpengaruh terhadap reaksi metabolisme. Berbagai macam enzim terlibat dalam sintesis energi dan sebagian dari enzim tersebut dikodekan oleh DNA mitokondria dan polimorfisme DNA mitokondria mempengaruhi fenotipe (Loftus et al., 1994).
Secara umum penggunaan teknik molekuler untuk tujuan identifikasi suatu organisme mempunyai keunggulan seperti lebih akurat, lebih cepat, dan untuk mikroba dapat mencakup keseluruhan mikroba termasuk yang “viable but not yet culturable”(Suryanto, 2003). Beberapa teknik identifikasi didasarkan pada polimorfisme gen secara langsung seperti Random Amplified Polymorphic DNA (RAPD), Restricted Fragment Length Polymorphism (RFLP), Degradative Gradien Gel Electrophoresis (DGGE), analisis sekuen dan Macrorestricted Fragment Length Polymorphism (MFLP) (Suryanto, 2003).




BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Terdapat dua jenis pencernaan pada serangga yaitu Pencernaan Di Luar Saluran Usus (Ekstrainstestinal Digestion) dan Pencernaan Di Bagian Dalam Usus (Intrainstestinal Digestion)  Saluran pencernaan pada serangga dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu:
v  saluran pencernaan depan (Stomodeum) terdiri dari Rongga mulut, Faring (kerongkongan), esophagus, Tembolok.
v  saluran pencernaan tengah (Mesenteron) yang tengah berfungsi sebagai pencerna dan penyerap makanan.
v  saluran pencernaan belakang (Proktodeum) berfungsi sebagai tempat pengeluaran sisa-sisa makanan yang tidak terserap dan memaksimalisasi penyerapan sisa makanan yang tidak terserap pada saat di mesenteron. System pencernaan ini terdiri dari Pilorus, Illeum, Rektum, Anus.
Serangga memiliki organ pernapasan yang khas. Pertukaran oksigen dan karbon dioksida dilakukan melalui trakea. Trakea merupakan bagian tubuh serangga yang terbuat dari pipa/tabung udara. Jumlah trakea di dalam tubuh serangga sangat banyak. Oleh karena itu, sistem pernapasan serangga dinamakan sistem trakea.
Alat ekskresi pada belalang adalah pembuluh Malpighi, yaitu alat pengeluaran yang berfungsi seperti ginjal pada vertebrata. Pembuluh Malphigi berupa kumpulan benang halus yang berwarna putih kekuningan dan pangkalnya melekat pada pangkal dinding usus.
Identifikasi merupakan proses (cara) pemberian nama pada individu atau sekelompok individu setelah dilakukan pengklasifikasian. Penamaan spesies mengacu pada pada sistem pemberian nama ilmiah  (scientific name) berupa Binomial name, yaitu penggabungan dua kata yang mencirikan sifat dari individu yang diberi nama. Identifikasi dilakukan untuk menggolongkan suatu organisme pada status tertentu baik itu takson ataupun status berdasarkan kerugian secara ekonomi (Putra, 2011; Hidayat, 2002).




empat kendala dalam melakukan identifikasi yaitu :
§  Terlalu banyaknya macam dan jenis serangga
§  Kebanyakan serangga berukuran kecil dan pembedanya sulit dilihat
§  Banyak macam serangga yang masih belum dikenal 
§  Setiap serangga memiliki siklus hidup yang berbeda-beda.

Kendala dalam melakukan identifikasi dapat diatasi menggunakan lima teknik identifikasi serangga, yaitu:
§   Menanyakan kepada ahlinya
§   Membandingkan dengan koleksi yang ada pada museum
§    Melakukan identifikasi menggunakan gambar-gambar
§   Membandingkan serangga dengan deskripsi-deskripsi
§    Menggunakan kunci determinasi (Borror et al., 1992).

B.     KRITIK DAN SARAN
Karena begitu banyaknya populasi dari serangga sehingga dalam menentukan klasifikasinya kita mengalami berbagai kendala oleh karena itu dalam melakukan pengklasifikasian kita harus memahami fisiologi, karakteristik dan habitat agar mudah dalam melakukan pengidentifikasian untuk menentukan tingkatan takson maupun spesies dari serangga.











DAFTAR PUSTAKA

                                            


Tidak ada komentar:

Posting Komentar