MAKALAH
sistem pencernaan, sistem pernapasan,
sistem ekskresi dan identifikasi pada serangga
OLEH KELOMPOK 5:
1.MARGARETHA
DATU BUA (15 507 160)
2.GODFRIED S.RUMAGIT (15 507 090)
3.
FEYBI TORAR
UNIVERSITAS
NEGERI MANADO
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BIOLOGI
2016
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur kami naikkan ke hadirat Tuhan yang Mahakuasa karena atas berkat dan
penyertaan-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini sebagaimana adanya.
Sebagaimana judul dari makalah ini yakni system pencernaan, pernapasan,
ekskresi dan identifikasi serangga makalah ini berisikan penjelasan mengenai fisiologi serangga yang
meliputi system pencernaan, system pernapasan, dan system ekskresi dan
penjelasannya. yang merupakan pokok bahasan lanjutan dari materi mata kuliah
entomologi.
Makalah
ini kami susun secara praktis dan sederhana agar lebih mudah untuk dipahami
para pembaca dengan harapan dengan adanya makalah ini, nantinya kita dapat
lebih memahami tentang fisiologi serangga yang meliputi system pencernaan,
ekskresi dan dan pernapasan serta identifikasi serangga
Kami
juga menyadari bahwa di dalam penulisan makalah ini, mungkin terdapat kesalahan
bahkan tidak ada kesempurnaan oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak sangat kami butuhkan demi kesempurnaan makalah ini.
Tondano,
September 2016
Kelompok
5
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar...................................................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................... 1
A.
Latar Belakang........................................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah...................................................................................................... 2
C.
Tujuan........................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................... 3
A.
System Pencernaan Pada Serangga........................................................................... 3
B.
System Pernapasan Pada Serangga............................................................................ 8
C.
System Ekskresi Pada Serangga................................................................................ 10
D.
Identifikasi Serangga................................................................................................. 12
BAB III PENUTUP.............................................................................................................. 14
A.
Kesimpulan ............................................................................................................... 14
B.
Kritik dan saran......................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 16
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Serangga
merupakan golongan hewan yang dominan di muka bumi. Dalam jumlah, mereka
melebihi semua hewan melata daratan lainnya dan praktis mereka terdapat
dimana-mana.
Banyak
sekali serangga yang bermanfaat bagi manusia , tanpa mereka manusia tidak akan
berada dalam bentuk sekarang ini. Bermanfaat mulai dari proses penyerbukan,
sebagai makanan, hingga sebagai bahan dalam bidang penelitian dan kedokteran.
Dan yang sangat pentingnya adalah serangga sebagai pemakan bahan organik yang
membusuk, sehingga membantu merubah tumbuhan dan hewan yang mati menjadi
zat-zat yang lebih sederhana dan dikembalikan ke tanah.
Sebaliknya,
banyak serangga adalah berbahaya atau sebagai perusak. Mereka menyerang
berbagai tumbuh-tumbuhan yang sedang tumbuh, termasuk tanaman yang bernilai
bagi manusia dan makan tumbuh-tumbuhan tersebut. Serangga menyerang harta benda
manusia, termasuk rumah-rumah, pakaian, persediaan makanan, menghancurkan,
merusak dan mencemarinya. Mereka menyerang manusia dan hewan, banyak serangga
adalah agen-agen dalam penularan berbagai penyakit.
Berdasarkan
dua kepentingan yang saling bertolak belakang tersebut di atas maka sudah
menjadi kewajiban kita untuk memikirkan bagaimana mengendalikan mahluk yang
bernama serangga ini agar fungsinya tetap dapat dirasakan sedangkan kerugian
karena kehadiran mereka dapat dihindarkan. Oleh karena itu ilmu mengenai
serangga khususnya fisiologi serangga dapat digunakan sebagai dasar pengetahuan
bagaimana serangga dapat dikendalikan. Khusus untuk itu dalam tulisan ini
disajikan bagian dari fisiologi serangga yaitu sistem pencernaan, pernapasan,
ekskresi serta identifikasi serangga.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Masalah
yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu:
1. Bagaimana
system pencernaan pada serangga?
2. Bagaimana
system pernapasan pada serangga?
3. Bagaimana
system ekskresi pada serangga?
4. Bagaimana
teknik mengidentifikasi serangga?
C.
TUJUAN
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan
tentang system pencernaan pada serangga.
2. Menjelaskan
tentang system pernapasan pada serangga.
3. Menjelaskan
tentang system ekskresi pada serangga.
4. Menjelaskan
mangenai teknik identifikasi serangga.
5. Untuk
memenuhi salah satu penugasan MK ENTOMOLOGI.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
SISTEM
PENCERNAAN PADA SERANGGA
Serangga makan hampir segala zat organik yang
terdapat di dalam, dan sistem-sistem pencernaan mereka menunjukkan variasi yang
besar. Saluran pencernaan adalah suatu buluh, biasanya berkelok, yang memanjang
dari mulut sampai anus. Sistem percernaan ini sangat beragam tergantung
macam-macam makanan yang dimakan. Kebiasaan-kebiasaan makan bahkan mungkin
sangat beragam pada satu jenis tunggal. Larva dan serangga dewasa biasanya
mempunyai kebiasaan makan yang sama sekali berbeda dan hal ini tentu akan
menyebabkan perbedaan dalam sistem-sistem pencernaan.
Terdapat dua jenis pencernaan pada serangga yaitu:
1.
Pencernaan Di
Luar Saluran Usus (Ekstrainstestinal Digestion)
Jenis pencernaan dimana makanan sebelum masuk ke dalam perut terlebih dahulu telah mendapat perlakuan pencernaan sebelumnya. Karena air liur mengandung enzim, seringkali pencernaan dimulai sebelum makanan ditelan. Hal ini terjadi pada serangga-serangga pengisap cairan. Enzim disemprotkan pada makanan sehingga larut sebelum ditelan.
Jenis pencernaan dimana makanan sebelum masuk ke dalam perut terlebih dahulu telah mendapat perlakuan pencernaan sebelumnya. Karena air liur mengandung enzim, seringkali pencernaan dimulai sebelum makanan ditelan. Hal ini terjadi pada serangga-serangga pengisap cairan. Enzim disemprotkan pada makanan sehingga larut sebelum ditelan.
2.
Pencernaan Di
Bagian Dalam Usus (Intrainstestinal Digestion)
Jenis
pencernaan ini kebanyakan dilakukan oleh mahluk hidup dimana pencernaan terjadi
didalam perut setelah makanan dimakan. Saluran pencernaan berperan terutama
untuk pencernaan dan penyerapan makanan. Pada umumnya pencernaan terjadi
sebagian besar di dalam usus bagian tengah, dimana enzim-enzim pencernan bayak
diproduksi. Enzim-enzim ini berfungsi memecahkan subtansi yang komplek di dalam
makanan menjadi subtansi yang lebih sederhana sehingga dapat diserap dan
kemudian diasimilasi oleh serangga. Kebanyakan karbohidrat diperoleh menjadi
monosakarida.
Saluran
pencernaan pada serangga dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu:
v saluran pencernaan depan (Stomodeum)
v saluran pencernaan tengah
(Mesenteron)
v saluran pencernaan belakang
(Proktodeum)
Saluran-saluran pencernaan tersebut berasal dari turunan
yang berbeda, saluran pencernaan depan dan belakang berasal dari jaringan
ektodermal dan saluran pencernaan tengah berasal dari jaringan endodermal.
Bentuk saluran pencernaan ini dipengaruhi oleh cara makan dan makanan serangga,
sehingga hal ini akan menyebabkan adanya perbedaan-perbedaan
(penyesuaian-penyesuaian) diantara bentuk pencernaan serangga.
Bentuk saluran pencernaan ini dipengaruhi oleh cara
makan dan makanan serangga, sehingga hal ini akan menyebabkan adanya
perbedaan-perbedaan (penyesuaian-penyesuaian) diantara bentuk pencernaan
serangga. Pada banyak serangga bagianbagian utama ini terbagi menjadi bagian
lain dengan berbagai fungsi yaitu faring, esofagus, krop dan proventrikulus
pada saluran pencernaan bagian depan, ventrikulus pada bagian pencernaan
tengah, dan pirolus, illeum serta rektum pada pencernaan bagian belakang.
Beberapa sistem yang mendukung fungsi sistem pencernaan adalah sistem syaraf
pusat, sistem syaraf stomatogastik, sistem endokrin dan sistem pernapasan.
1. Saluran Pencernaan Depan (Stomodeum)
Saluran
pencernaan depan berasal dari jaringan ektodermal maka saluran pencernaan
bagian depan dilapisi kutikula yang disebut intima, yang dilepaskan setiap
pergantian kulit. Saluran pencernaan depan lebih berfungsi sebagai penyimpan
makanan dan sedikit melakukan pencernaan. Pencernaan pada tempat ini disebabkan
masih adanya enzim-enzim yang terbawa dari mulut. Saluran pencernaan depan
tersusun dari :
a. Otot-otot yang memanjang (longitudinal)
b. Otot-otot melingkar (circular)
c. Sel-sel ephitelium yang pipih
d. Sel-sel yang bersifat impermiable
Akibat
pergerakan otot-otot melingkar dan longitudinal menyebabkan makanan dapat
bergerak ke saluran tengah.
Saluran pencernaan depan terdiri dari
beberapa bagian dan fungsi sebagai berikut :
v Rongga
mulut sebagai tempat masuknya makanan
v Faring
(kerongkongan) merupakan bagian pertama sesudah rongga mulut yang berfungsi
sebagai penerus makanan ke oesophagus. Otot-otot yang menempel pada faring
berkembang dengan baik, hal ini sesuai dengan perannya yang mendorong makanan
dari mulut ke oesophagus . Pada serangga dengan tipe menusuk dan mengisap pada
faring terdapat pompa faringeal yang dipakai untuk mengambil cairan.
v Oesophagus
adalah bagian usus depan yang tidak berdiferensiasi yang berfungsi mendorong
makanan dari faring ke tembolok.
v Tembolok
merupakan pembesaran usus bagian depan yang berfungsi sebagai penyimpan
makanan. Seringkali bila tembolok kosong akan melipat secara longitudinal dan
tranversal tetapi pada Periplanata (Dictyoptera) tembolok hanya mengalami
perubahan kecil pada volumenya karena apabila tembolok tidak berisi makanan,
tembolok tersebut diisi oleh udara.
Pada umumnya
sekresi dan penyerapan tidak terjadi di dalam tembolok, tetapi kadang kala
terjadi secara enzimatik. Enzim didapat dari makanaan yang tercampur air liur
yang bergerak ke belakang menuju tembolok serta enzim dari mesenteron yang
dimuntahkan dari usus tengah. Walaupun proventrikulus bertindak sebagai klep
yang membatasi gerakan-gerakan makanan ke belakang tetapi tidak menghalangi
muntahan cairan. – Proventrikulus, bagian ini mengalami modifikasi yang
beraneka ragam pada berbagai serangga.
serangga pemakan
bahan padat, proventrikulus berfungsi sebagai pemecah makanan, sedangkan pada
serangga pemakan cairan proventrikulus termodifikasi menjadi katup. Pada lipas
dan jangkrik, intima di daalm proventrikulus berkembang menjadi enam keping
otot yang keras atau geligi yang berfungsi untuk memecah makanan.
Proventrikulus secara keseluruhan mengontrol jalannya makanan dari stomadeum ke
mesenteron.
2.
Saluran Pencernaan Tengah (Mesenteron)
Saluran
pencernaan bagian tengah berfungsi sebagai pencerna dan penyerap makanan.
Saluran ini berasal dari mesodermal sehingga saluran ini tidak memiliki
kutikula dan sebagai gantinya adalah lapisan peritropik yang halus. Pada daerah
mesenteron terdapat gastric caeca yang
bentuknya seperti jari dan terletak di anterior dari ventrikulus dan menghasilkan
enzim-enzim pencernaan.
Otot-otot pada
saluran ini berkembang. Menurut Chapman (1982) saluran pencernaan ini disususn
oleh :
§ Otot
longitudinal
§ Otot
melingkar
§ Sel-sel epithelium yang berbentuk kolumnar
§ Sel-sel regeneratif (penghasil enzim)
Membran
peritropik pergerakan makanan ke saluran belakang pada saluran ini lebih
disebabkan oleh membran peritropik. Membran peritropik adalah suatu lapisan
yang meliputi lumen untuk melindungi sel-sel kolumnar yang berada di bawahnya
dari makanan dan mikroba. Membran peritropik terdiri atas khitin dan protein.
Ada dua pendapat mengenai terjadinya membran tersebut, pendapat pertama
mengatakan bahwa lapisan dihasilkan oleh bagian depan saluran pencernaan
tengah, sedangkan pendapat kedua mengatakan bahwa lapisan dihasilkan oleh
sel-sel kolumnar sendiri.
Lumen memiliki
mikropili yang merupakan tonjolan-tonjolan pada sel yang dapat membentuk
started border. Mikropili ini juga berfungsi memperbesar luas permukaan
penyerapan. Pada sel-sel ini terdapat banyak mitokondria sebagai penghasil
energi (ATP) untuk pergerakan makanan.
Pada sel ini
juga terdapat banyak retikulum endoplasma sebagai tempat sintesis protein untuk
menghasilkan enzim-enzim pencernaan. Pada sel epitelium yang kolumnar ditemukan
sel Goblet. Pada selaput dasar memiliki banyak lekukan-lekukan dan disana
banyak terdapat mitokondria yang panjang-panjang sehingga hal tersebut menjadi
pembeda dengan sel-sel lain. Saluran pencernaan tengah terdiri dari grastrik
kaekum dan ventrikulus, tempat terjadinya pencernaan secara enzimatis dan
absorbsi nutrisi.
3. Saluran Pencernaan Belakang (Proktodeum)
Saluran
pencernaan belakang berfungsi sebagai tempat pengeluaran sisa-sisa makanan yang
tidak terserap dan memaksimalisasi penyerapan sisa makanan yang tidak terserap
pada saat di mesenteron. Proktodeum terdiri dari dua bagian yaitu usus depan (intestine anterior) dan pada bagian
posterior terdapat rektum dan lubang anus. Saluran pencernaan belakang ini
berasal dari jaringan ektodermal sehingga saluran ini memiliki kutikula yang
disebut intima. Pada saluran inilah sifat hemoestasis serangga terdapat. Saluran
pencernaan belakang menurut Snogras (1935) tersusun dari : Otot melingkar, Otot
longitudinal ,Sel-sel epitel tipis yang berbentuk kubus, Intima yang bersifat
permiabel. Otot-otot pada saluran ini lebih berkembang sehingga dapat
menyebabkan sisa makanan dapat bergerak ke belakang dan keluar melalui anus.
Saluran pencernaan belakang ini terdiri dari :
v Pilorus, bagian depan dari saluran
ini tempat berpangkalnya tabung malphigi
v Illeum, berfungsi sebagai tempat
penyerapan air dari hemolimf atau juga penyerapan amonia pada serangga
“blowfly”. Pada rayap di illeum ini terdapat kantung-kantung tempat organisme
lain bersimbiosis (Chapman, 1982).
v Rektum, berfungsi sebagai tempat
reabsorbsi air, asam amino dan pada serangga tertentu memiliki insang trakea.
Pada rektum ini terjadi diferensiasi sel-sel, ada yang memanjang dan ada yang
membentuk bantalan.
v Anus, bagian ujung saluran sebagai
tempat keluarnya faeses.
Terdapat beberapa jenis kelenjer yang dapat beradsosiasi
dengan sistem pencernaan diantaranya adalah kelenjer mandible, kelenjar
maksila, kelenjar faring dan kelenjar labium.
System
pencernaan pada serangga
B.
SISTEM
PERNAPASAN PADA SERANGGA
Serangga
memiliki organ pernapasan yang khas. Pertukaran oksigen dan karbon
dioksida dilakukan melalui trakea. Trakea merupakan bagian tubuh serangga
yang terbuat dari pipa/tabung udara. Jumlah trakea di dalam tubuh serangga
sangat banyak. Oleh karena itu, sistem pernapasan serangga dinamakan
sistem trakea.
Corong
hawa (trakea) adalah alat pernapasan yang dimiliki oleh serangga dan arthropoda
lainnya. Pembuluh trakea bermuara pada lubang kecil yang ada di kerangka luar
(eksoskeleton) yang disebut spirakel. Spirakel berbentuk pembuluh
silindris yang berlapis zat kitin, dan terletak berpasangan pada setiap segmen
tubuh.
Spirakel
mempunyai katup yang dikontrol oleh otot sehingga membuka dan menutupnya
spirakel terjadi secara teratur. Pada umumnya spirakel terbuka selama serangga
terbang, dan tertutup saat serangga beristirahat.
Gambar system
trakea pada serangga
Gambar trakea
dalam tubuh serangga
Oksigen dari luar masuk lewat spirakel.
Kemudian udara dari spirakel menuju pembuluh pembuluh trakea dan selanjutnya
pembuluh trakea bercabang lagi menjadi cabang halus yang disebut trakeolus sehingga dapat mencapai
seluruh jaringan dan alat tubuh bagian dalam. Trakeolus tidak berlapis kitin,
berisi cairan, dan dibentuk oleh sel yang disebut trakeoblas. Pertukaran gas terjadi antara trakeolus dengan
sel-sel tubuh. Trakeolus ini mempunyai fungsi yang sama dengan kapiler pada
sistem pengangkutan (transportasi) pada vertebrata.
Mekanisme pernapasan pada serangga, misalnya
belalang, adalah sebagai berikut :
v Udara masuk ke dalam tubuh melalui
lubang spirakel yang memiliki katup pada eksoskeleton.
v Udara mengalir masuk ke dalam tubuh
dan diatur oleh otot kecil yang mengatur kerja katup spirakel. Ketika otot
valve atau katup berkontraksi spirakel tertutup dan saat otot berelaksasi,
spirakel terbuka.
v Setelah udara masuk ke dalam tubuh,
udara lalu diteruskan masuk ke dalam saluran trakea yang kemudian bercabang
lagi dan membentuk saluran yang lebih halus yang disebut trakeolus. Seperti
pada manusia yang memiliki alveolus sebagai tempat pertukaran oksigen dan
karbon dioksida, trakeolus juga memiliki fungsi yang sama. Akan tetapi oksigen
pada serangga dialirkan langsung pada sel tanpa bantuan sistem transportasi
atau dengan bantuan sel darah merah.
v Oksigen dalam tabung trakea akan dilarutkan dalam cairan
kemudian akan berdifusi masuk ke dalam sitoplasma sel.
v Pada saat yang sama setelah oksigen
berdifusi ke dalam sel, karbon dioksida sebagai sisa respirasi akan berdifusi dari
dalam sel masuk ke saluran trakea dan kemudian akan dilepaskan ke luar tubuh.
Sistem
trakea berfungsi mengangkut O2 dan mengedarkannya ke seluruh tubuh,
dan sebaliknya mengangkut CO2 hasil respirasi untuk dikeluarkan dari
tubuh. Dengan demikian, darah pada serangga hanya berfungsi mengangkut sari
makanan dan bukan untuk mengangkut gas pernapasan.
Di
bagian ujung trakeolus terdapat cairan sehingga udara mudah berdifusi ke
jaringan. Pada serangga air seperti jentik nyamuk udara diperoleh dengan menjulurkan
tabung pernapasan ke permukaan air untuk mengambil udara.
Serangga
air tertentu mempunyai gelembung udara sehingga dapat menyelam di air dalam
waktu lama. Misalnya, kepik Notonecta sp. mempunyai gelembung udara di
organ yang menyerupai rambut pada permukaan ventral. Selama menyelam, O2
dalam gelembung dipindahkan melalui sistem trakea ke sel-sel pernapasan. Selain
itu, ada pula serangga yang mempunyai insang trakea yang berfungsi menyerap
udara dari air, atau pengambilan udara melalui cabang-cabang halus serupa
insang. Selanjutnya dari cabang halus ini oksigen diedarkan melalui pembuluh
trakea.
C.
SISTEM EKSKRESI PADA SERANGGA
Alat ekskresi pada
serangga misalnya pada belalang adalah pembuluh
Malpighi, yaitu alat pengeluaran yang berfungsi seperti ginjal pada
vertebrata. Pembuluh Malphigi berupa kumpulan benang halus yang berwarna putih
kekuningan dan pangkalnya melekat pada pangkal dinding usus. Di samping
pembuluh Malphigi, serangga juga memiliki sistem trakea untuk mengeluarkan zat
sisa hasil oksidasi yang berupa CO2. Sistem trakea ini berfungsi seperti
paru-paru pada vertebrata.
Belalang tidak dapat
mengekskresikan amonia dan harus memelihara konsentrasi air di dalam tubuhnya.
Amonia yang diproduksinya diubah menjadi bahan yang kurang toksik yang disebut
asam urat. Asam urat berbentuk kristal yang tidak larut.
Pembuluh Malpighi
terletak di antara usus tengah dan usus belakang. Darah mengalir lewat pembuluh
Malpighi. Saat cairan bergerak lewat bagian proksimal pembuluh Malpighi, bahan
yang mengandung nitrogen diendapkan sebagai asam urat, sedangkan air dan
berbagai garam diserap kembali biasanya secara osmosis dan transpor aktif. Asam
urat dan sisa air masuk ke usus halus, dan sisa air akan diserap lagi. Kristal
asam urat dapat diekskresikan lewat anus bersama dengan feses.
Ø Cara
Kerja Sistem Ekskretori Pada Serangga
v Malpighian tubules menghasilkan
filtrat yang bersifat isosmotik dari haemolymph yang mempunyai kandungan ion K+
yang tinggi, Na+ yang rendah dan Cl- sebagai anion utama.
v Transport ion secara aktif, terutama
K+, ke dalam lumen dari Malpighian tubules menghasilkan gradien
osmotik dan menyebabkan air berdifusi secara pasif ke dalam lumen. Gula dan
kebanyakan asam amino secara pasif tersaring dari haemolymph. Gula (sukrose dan
treholose) diserap kembali dari lumen ke dalam haemolymph. Semua proses ini
menghasilkan urine yang kemudian dicurahkan ke dalam usus.
v Di dalam rectum, urine dimodifikasi
dengan membuang zat-zat terlarut dan air untuk menjaga keseimbangan
cairan dan ion-ion (homeostasis)
di dalam tubuh serangga. Sel-sel khusus di dalam rectal pad melakukan penyerapan
kembali ion Cl- secara aktif atas pengaruh hormone. Proses ini
menyebabkan gradien elektrik dan osmotik yang menyebabkan penyerapan kembali
ion-ion yang lain, air, asam-asam amino dan asetat.
Ø Ekskresi
Nitrogen
Pada serangga pemakan darah,
kelebihan N diekskresikan dalam bentuk ammonia pada yang hidup di air dan
sebagai asam urat, urea, pteridine, hypoxanthine, allantoine, dan asam
allantoinat pada serangga terrestrial. Ammonia adalah senyawa toxic, oleh
karena itu, ia harus diekskresikan melalui urine, faeces atau diuapkan melalui
kutikula
misalnya pada kecoa.
D.
IDENTIFIKASI SERANGGA
Identifikasi merupakan proses (cara) pemberian nama pada
individu atau sekelompok individu setelah dilakukan pengklasifikasian. Penamaan
spesies mengacu pada pada sistem pemberian nama ilmiah (scientific name) berupa Binomial name, yaitu penggabungan dua
kata yang mencirikan sifat dari individu yang diberi nama. Identifikasi
dilakukan untuk menggolongkan suatu organisme pada status tertentu baik itu
takson ataupun status berdasarkan kerugian secara ekonomi (Putra, 2011;
Hidayat, 2002).
Apabila seorang pengamat menemukan sebuah spesies
serangga hama, hal pertama yang dilakukan adalah melakukan identifikasi. Namun,
ada beberapa kendala dalam melakukan identifikasi. Menurut Borror et al.
(1992) ada empat kendala dalam melakukan identifikasi yaitu :
1. Terlalu
banyaknya macam dan jenis serangga
2. Kebanyakan serangga berukuran kecil dan
pembedanya sulit dilihat
3. Banyak macam serangga yang masih belum
dikenal
4. Setiap serangga memiliki siklus hidup yang
berbeda-beda.
Kendala dalam melakukan identifikasi dapat diatasi
menggunakan lima teknik identifikasi serangga, yaitu:
1. Menanyakan
kepada ahlinya
2. Membandingkan dengan koleksi yang ada pada
museum
3. Melakukan identifikasi menggunakan
gambar-gambar
4. Membandingkan serangga dengan deskripsi-deskripsi
5. Menggunakan kunci determinasi (Borror et al.,
1992).
Karakter morfologi dapat digunakan sebagai dasar
dalam melakukan identifikasi dan ini merupakan cara yang paling sederhana serta
mudah dilakukan. Salah satu cara identifikasi dengan menggunakan karakter
morfologi adalah melihat kunci identifikasi. Menurut Suputa (2006) karakter
morfologi pada lalat buah yang digunakan untuk melakukan identifikasi meliputi
bagian caput, torax, karakter scutellum, karakter sayap dan
karakter abdomen.
Dalam melakukan identifikasi hama tanaman menurut
Putra (2011) ada dua hal dasar yang digunakan. Pertama menggunakan karakter
tubuh seperti morfologi, anatomi, perilaku dan fisiologi. Selain karakter
tubuh, identifikasi juga dapat dilakukan dengan memanfaatkan untai basa DNA
yang terdapat pada sel-sel serangga sebagai pencirinya (Putra, 2011).
Teknik identifikasi seperti diatas dengan
memanfaatkan karakter morfologi memiliki beberapa kendala yaitu ketika serangga
yang akan diidentifikasi memiliki ukuran sangat kecil, pembeda antar spesies
secara morfologi sulit dilihat sehingga identifikasi yang dilakukan dengan memanfaatkan
DNA (Hidayat et al., 2004). Perkembangan ilmu dan pengetahuan dalam
biologi molekuler, khususnya pada pengkajian karakter bahan genetik telah
menghasilkan kemajuan yang sangat pesat bagi perkembangan penelaahan suatu
organisme dan pemanfaatannya bagi kesejahteraan manusia.
Di bidang taksonomi, sebagai contoh Avise &
Lansman (1983) dan Brown (1983) mengungkapkan peran DNA mitokondria (mtDNA)
dalam studi keanekaragaman genetika dan biologi populasi pada hewan. DNA
mitokondria banyak digunakan untuk mengungkap variasi genetik (Loftus et al.,
1994; Suryanto, 2003), karena ukurannya yang relatif kecil, terlibat dalam
sintesis energi dan mempunyai kecepatan mutasi 5-10 kali lebih tinggi
daripada DNA inti (Lindberg, 1989). Mitokondria
merupakan pusat sintesis energi dan ketersediaan energi yang ada akan
berpengaruh terhadap reaksi metabolisme. Berbagai macam enzim terlibat dalam
sintesis energi dan sebagian dari enzim tersebut dikodekan oleh DNA mitokondria
dan polimorfisme DNA mitokondria mempengaruhi fenotipe (Loftus et al.,
1994).
Secara umum penggunaan teknik molekuler untuk tujuan
identifikasi suatu organisme mempunyai keunggulan seperti lebih akurat, lebih
cepat, dan untuk mikroba dapat mencakup keseluruhan mikroba termasuk yang “viable
but not yet culturable”(Suryanto, 2003). Beberapa teknik identifikasi
didasarkan pada polimorfisme gen secara langsung seperti Random Amplified
Polymorphic DNA (RAPD), Restricted Fragment Length Polymorphism (RFLP),
Degradative Gradien Gel Electrophoresis (DGGE), analisis sekuen dan Macrorestricted
Fragment Length Polymorphism (MFLP) (Suryanto, 2003).
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Terdapat dua jenis pencernaan pada
serangga yaitu Pencernaan Di Luar
Saluran Usus (Ekstrainstestinal Digestion) dan Pencernaan Di Bagian Dalam Usus
(Intrainstestinal Digestion) Saluran pencernaan pada serangga
dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu:
v saluran pencernaan depan (Stomodeum)
terdiri dari Rongga mulut, Faring (kerongkongan), esophagus, Tembolok.
v saluran pencernaan tengah
(Mesenteron) yang tengah berfungsi sebagai pencerna dan
penyerap makanan.
v saluran pencernaan belakang
(Proktodeum) berfungsi sebagai tempat pengeluaran sisa-sisa
makanan yang tidak terserap dan memaksimalisasi penyerapan sisa makanan yang
tidak terserap pada saat di mesenteron. System pencernaan ini terdiri dari Pilorus, Illeum, Rektum, Anus.
Serangga
memiliki organ pernapasan yang khas. Pertukaran oksigen dan karbon
dioksida dilakukan melalui trakea. Trakea merupakan bagian tubuh serangga
yang terbuat dari pipa/tabung udara. Jumlah trakea di dalam tubuh serangga
sangat banyak. Oleh karena itu, sistem pernapasan serangga dinamakan
sistem trakea.
Alat ekskresi pada
belalang adalah pembuluh Malpighi, yaitu
alat pengeluaran yang berfungsi seperti ginjal pada vertebrata. Pembuluh
Malphigi berupa kumpulan benang halus yang berwarna putih kekuningan dan
pangkalnya melekat pada pangkal dinding usus.
Identifikasi merupakan proses (cara) pemberian nama pada
individu atau sekelompok individu setelah dilakukan pengklasifikasian. Penamaan
spesies mengacu pada pada sistem pemberian nama ilmiah (scientific name) berupa Binomial name, yaitu penggabungan dua
kata yang mencirikan sifat dari individu yang diberi nama. Identifikasi
dilakukan untuk menggolongkan suatu organisme pada status tertentu baik itu
takson ataupun status berdasarkan kerugian secara ekonomi (Putra, 2011;
Hidayat, 2002).
empat kendala dalam melakukan identifikasi yaitu :
§ Terlalu
banyaknya macam dan jenis serangga
§ Kebanyakan
serangga berukuran kecil dan pembedanya sulit dilihat
§ Banyak
macam serangga yang masih belum dikenal
§ Setiap
serangga memiliki siklus hidup yang berbeda-beda.
Kendala dalam melakukan identifikasi dapat diatasi
menggunakan lima teknik identifikasi serangga, yaitu:
§ Menanyakan
kepada ahlinya
§ Membandingkan
dengan koleksi yang ada pada museum
§ Melakukan identifikasi menggunakan
gambar-gambar
§ Membandingkan
serangga dengan deskripsi-deskripsi
§ Menggunakan kunci determinasi (Borror et al.,
1992).
B.
KRITIK
DAN SARAN
Karena begitu banyaknya populasi dari serangga
sehingga dalam menentukan klasifikasinya kita mengalami berbagai kendala oleh
karena itu dalam melakukan pengklasifikasian kita harus memahami fisiologi,
karakteristik dan habitat agar mudah dalam melakukan pengidentifikasian untuk
menentukan tingkatan takson maupun spesies dari serangga.
DAFTAR
PUSTAKA
https://tegmina.wordpress.com/2012/11/04/teknik-identifikasi-serangga/
(Online, 16 September 2016)
http://www.edubio.info/2015/07/kunci-identifikasi-ordo-serangga-insekta.html
(Online, 16 September 2016)
http://www.edubio.info/2016/01/sistem-pernapasan-serangga.html
(Online, 16 September 2016)
http://dosenbiologi.com/hewan/sistem-pernapasan-pada-serangga
(Online, 16 September 2016)
http://www.materibiologi.com/sistem-respirasi-serangga-sistem-pernapasan-insecta/
(Online, 16 September 2016)
http://www.ilmusaudara.com/2016/04/sistem-ekskresi-pada-serangga.html(Online,
16 September 2016)
http://documents.tips/documents/fisiologi-serangga-565c622c3e352.html
(Online, 16 September 2016)
http://www.pintarbiologi.com/2014/12/pencernaan-pada-seranggainsecta.html
(Online, 16 September 2016)
http://www.anneahira.com/sistem-pencernaan-serangga.htm
(Online, 16 September 2016)
http://www.eventzero.org/sistem-ekskresi-pada-serangga/
system (Online, 16 September 2016)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar